Rabu, 13 April 2011

Bagi rekan-rekan yang berminat dan tertarik serta berkeinginan untuk membudidayakan tanaman penghasil Gaharu, kami siap membantu, kami mempunyai bibit tanaman penghasil gaharu dari jenis Aquilaria malaccensis, Aquilaria microcarpa, dan Gyrinops, dengah harga terjangkau, sesuai dengan jumlah permintaan, dan siap antar sampai lokasi ( ongkir di tanggung pembeli) kecuali dalam jumlah yang besar/banyak.
Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi : 08197594541 (Asep).

Spesifikasi bibit :
A. Aquilaria malaccensis : Tinggi bibit 30 - 50 cm
Tinggi bibit 50 - 70 cm
B. Aqularia microcarpa : Tinggi bibit 50-70 cm
C. Gyrinops : Tinggi bibit 150 - 175 cm

Kamis, 03 Maret 2011


SEMINAR GAHARU

“TEKNOLOGI BIOINDUKSI GAHARU DALAM MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI DAN KELESTARIAN HASIL”


Pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2011 telah dilaksanakan seminar Gaharu dengan tema “Teknologi Bioinduksi Gaharu Dalam Mendukung Upaya Konservasi Dan Kelestarian Hasil” yang dilaksanakan di Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi bekerjasama dengan ITTO PD 425/06 Rev.1(I) dengan narasumber para peneliti dan praktisi gaharu, diantaranya :

1. Sulistyo A. Siran ( ASGARIN)

2. Dr. Maman Turjaman (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

3. Totok Kartono Waluyo (Peneliti Puslitbang Keteknikan dan Pengolahan Hasil Hutan)

4. Erry Purnomo (Lambung Mangkurat University)

5. Sri Suharti (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

6. Atok Subiakto(Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

7. Erdy Santoso (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

Memperhatikan arahan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, paparan makalah dan hasil diskusi selama seminar diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlu dicari terobosan untuk alih teknolgi ke masyarakat agar hasil litbang, khususnya gaharu hasil litbang dengan kualitas yang baik dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah dan murah.

2. Forum Litbang, Diklat dan Penyuluhan merupakan kolaborasi antara peneliti, widyaiswara dan penyuluh merupakan forum yang efektif untuk transfer teknologi hasil litbang ke masyarakat.

3. Rencana Penyusunan Master Plan Gaharu yang melibatkan pihak terkait dan bertujuan untuk meningkatkan produksi gaharu serta menjamin kelestariannya sangat diperlukan dan perlu segera direalisasikan. Dalam penyusunannya hal yang harus diperhatikan adalah adanya keterpaduan antara perencana dengan eksekutor agar apa yang disusun dapat diimplementasikan di lapangan.

4. Sambil menunggu penyusunan Master Plan, Badan Litbang Kehutanan perlu merumuskan rekomendasi yang konkrit kepada pengambil kebijakan, sehingga pengembangan gaharu di lapangan tidak mengalami stagnasi

5. Badan Litbang Kehutanan sudah menemukan teknik pengendalian dan pencegahan hama gaharu secara biologis, namun hasilnya belum efektif, sehingga perlu kajian lebih lanjut. Penggunaan pestisida sangat dihindari, karena dapat mengakibatkan akumulasi racun pada daun yang potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku teh.

6. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mencari teknik produksi isolat yang cepat, murah dan efektif. Dinas Kehutanan Bangka Tengah sudah menginisiasi hal ini namun masih perlu dilakukan evaluasi keberhasilannya.

7. Pembuatan database potensi gaharu sangat diperlukan meskipun dalam pelaksanaannya sangat sulit, namun ke depan database ini sangat bermanfaat sebagi modeling peta pohon penghasil gaharu, sehingga dapat diprediksi kapan waktu penyuntikan, kapan waktu panen, dll.

8. Upaya pengembangan pohon penghasil gaharu serta rekayasa produksi melalui teknik inokulasi sifatnya padat modal, maka perlu dikembangkan melalui skema kemitraan.

9. Untuk meningkatkan animo masyarakat dalam pengembangan budidaya gaharu perlu dikaji kembali peraturan tentang ijin penanaman pohon gaharu.

10. Selain menggunakan biji dan stek pucuk, propagasi pohon gaharu dapat dilakukan melalui cangkok dan kultur jaringan. Dengan demikian, pengembangan tanaman gaharu akan lebih mudah dilakukan

11. Dari hasil analisis, kandungan kimia gaharu alam dan gaharu hasil inokulasi hampir sama, sehingga gaharu hasil inokulasi mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan

12. Kebun Bibit Rakyat (KBR) perlu diintegrasikan ke dalam upaya pengembangan gaharu, khususnya untuk menanggulangi kelangkaan bibit

Dengan terlaksananya seminar ini diharapkan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan budidaya tanaman penghasil gaharu Indonesia,demi tercapainya hutan yang lestari dan masyarakat sejahtera...Amien

Selasa, 01 Februari 2011

JUAL INOKULAN PACU GAHARU


MENJUAL INOKULAN PACU GAHARU

Kami melayani penjualan inokulan (Jamur) pembentuk Gubal Gaharu, dari berbagai tempat seperti Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Papua, Nusa Tenggara dll, Inokulan merupakan hasil pembiakan tim dan rekan-rekan. Harga Inokulan Rp. 230.000,-/Botol isi 600cc, pemesanan dalam jumlah banyak harga bisa nego kembali.

MENERIMA JASA INOKULASI GAHARU

Selain menjual Inokulan, kami juga melayani Jasa Inokulasi Gaharu semua Jenis.

Ada 2 metode pelayanan Jasa Inokulasi yang kami layani :

  1. Tunai ; Pembayaran dilakukan tunai setelah proses inokulasi dinyatakan berhasil oleh kedua belah pihak dengan jumlah harga yang sudah disepakati sebelumnya.
  2. Kerjasama ; Pembayaran dilakukan setelah pemanenan Gaharu, dengan sistem bagi hasil.

- Inokulan dan semua bahan dan peralatan yang diperlukan menjadi tanggung jawab kami.

- Biaya transport ke lokasi menjadi tanggung jawab rekanan.

*) Catatan : tenaga/teknisi inokulasi merupakan teknisi yang berpengalaman dalam inokulasi gaharu.


JENIS INOKULAN PACU GAHARU

1.

NUSA TENGGARA

:

FORDA-CC00511

2.

PAPUA

:

FORDA-CC00512

3.

KALIMANTAN SELATAN

:

FORDA-CC00495

4.

KALIMANTAN TENGAH

:

FORDA-CC00497

5.

GORONTALO

:

FORDA-CC00509

6.

JAMBI

:

FORDA-CC00500

Kamis, 13 Januari 2011

Peluncuran INOKULAN PACU GAHARU oleh Menteri Kehutanan


PELUNCURAN INOKULASI "INOKULAN PACU GAHARU". Dalam PAMERAN 2nd Indogreen Forestry Expo 2010 oleh Menteri Kehutanan


Sebagai salah satu institusi penelitian yang concern dengan pengembangan ilmu pengetahuan kehutanan serta diseminasinya Badan Litbang Kehutanan berpartisipasi dalam pameran 2nd Indogreen Forestry Expo yang diselenggarakan oleh Kementerian Kehutanan tanggal 15 -18 April 2010, di Jakarta Convention Centre. Badan Litbang Kehutanan diwakili oleh Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Pusat Litbang Hasil Hutan, Pusat Litbang Hutan Tanaman dan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.
Badan Litbang Kehutanan menampilkan materi pameran bertema "Hutan sebagai sumber pangan, energi dan penurun emisi" dalam bentuk contoh produk, contoh tanaman, miniatur alat dan informasi berbentuk leaflet, booklet dan poster
2nd Indogreen Forestry Expo 2010 dibuka oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, SE, MM pada tanggal 15 April 2010 pukul 09.00 WIB, dihadiri oleh pejabat eselon I dan II lingkup Kementerian Kehutanan, para peserta pameran dan undangan. Pada acara pembukaan tersebut, secara khusus dilakukan peluncuran inokulan gaharu, produksi Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam yang ditandai dengan penandatanganan dokumen peluncuran oleh Menteri Kehutanan. Merk yang diberikan terhadap inokulan tersebut yaitu "INOKULAN PACU GAHARU".
"Inokulan Pacu Gaharu" ini merupakan sejenis cairan yang digunakan untuk merangsang produksi dan pertumbuhan penyakit pada pohon penghasil gaharu. Dengan inokulan ini, tumbuhan penghasil gaharu dapat dipanen dalam waktu 5 tahun saja dengan jangka waktu inokulasi 1 - 2 tahun. Produk unggulan ini merupakan hasil penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Dr. Erdy Santoso dkk dariKelompok Peneliti (Kelti) Mikrobiologi Hutan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Inokulan Pacu Gaharu ini amat menarik perhatian pengunjung 2nd Indogreen Forestry Expo 2010. Tercatat setidaknya dari 1380 pengunjung yang datang ke stand Kementerian Kehutanan 500 diantaranya menyempatkan diri bertanya untuk mengetahui lebih jauh tentang Inokulan Pacu Gaharu dan aspek lainnya tentang gaharu.
Pada umumnya pengunjung dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok , yaitu :
Ø Pengunjung yang ingin mengetahui lebih jauh tentang tanaman penghasil gaharu, dimulai dari cara mendapatkan bibit, budidaya, tempat tumbuh dan pemasarannya. selain itu, tukar menukar informasi. Berkenaan dengan perlebahan, pada umumnya pengunjung ingin mengetahui komposisi kandungan madu yang ideal serta jenis madu yang paling baik.
Ø Pengunjung yang ingin mendapatkan teknologi inokulasi, antara lain: beberapa Dinas Kehutanan Kabupaten dan Propinsi (Halmahera Tengah, Pulowali Sulbar, Riau, Kandangan), masyarakat peminat gaharu, kelompok tani dan pengusaha.
Ø Pengunjung yang sharing informasi mengenai pohon inang gaharu yang telah ditanam di beberapa wilayah dan pengalaman penyuntikan yang gagal di masa lalu

Sumber:http://www.forda-mof.org/articles_print.php?aid=865

Senin, 25 Oktober 2010

Mari Menyiapkan Masa Depan Dengan Menanam Gaharu

BARABAI, KOMPAS.com - Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel, mulai melirik tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis) sebagai investasi. Selain untuk mata pencaharian, tanaman ini juga akan menjadi pendapatan masa depan mereka.

"Di HST hingga saat ini sudah tercatat 27 ribu pohon gaharu yang dibudidayakan masyarakat setempat," kata Kepala Bidang (Kabid) Kehutanan, Dinas Kehutanan Peternakan dan Perikanan (Hutnakan) kabupaten tersebut, M.Rusdianto, di Barabai, Jumat.

Ia menerangkan, usaha budi daya pohon gaharu di "Bumi MURAKARA" HST saat ini terdapat di empat desa. "Tanaman gaharu tersebut kini sudah dikembangkan masyarakat di Desa Mandastana Kecamatan Batu Benawa, Desa Haur Gading Kecamatan Batang Alai Utara dan Desa Kambat Kecamatan Pandawan," katanya.

Menurut dia, masyarakat HST cukup beralasan menanam pohon gaharu, karena komoditas ini memiliki nilai ekonomis tinggi serta dapat tumbuh di kawasan hutan tropis dan cocok dengan kondisi "Bumi MURAKATA". "Pengembangan pohon gaharu saat ini belum banyak dikenal. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu sangat menguntungkan," katanya.

Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan. Sehingga warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi itu. Banyaknya getah yang dihasilkan pohon Gaharu tergantung dari masa tanam dan panen pohon tersebut.

Usia tanam selama enam sampai delapan tahun, setiap batang pohon gaharu mampu menghasilkan sekitar dua kilogram getahnya. Harga getah gaharu saat ini mencapai Rp 5 juta hingga Rp 20 juta per kilogram atau tergantung dari jenis dan kualitas getahnya yang dihasilkan.

Getah gaharu dengan kualitas rendah dan berwarna kuning, laku dijual sekitar Rp 5 juta per kilogram. Sedangkan getah kualitas baik dan berwarna hitam, di pasaran mencapai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per kilogram.

Menurut seorang petani gaharu, Ahmad Yani, ia sudah merasakan keuntungan dari menanam pohon yang dulunya merupakan hasil hutan ikutan itu. "Saya memulai budi daya gaharu sejak tahun 2001. Saat ini sudah ada beberapa pohon yang bisa dipanen," ujarnya.

Ia mengatakan, tanaman gaharu miliknya sekarang sudah 50 batang pohon yang berumur sekitar dua hingga empat tahun berhasil dijual. Kesemuanya, dia jual seharga Rp 20 juta. Untuk menjual getah gaharu tidak terlalu sulit, karena kini banyak pembeli yang datang mencari.

Para pembeli itu ada yang datang dari Jakarta hingga dari luar negeri seperti Timur Tengah. Bibit pohon gaharu cukup mudah dicari. Satu batang bibit gaharu berharga Rp 50 ribu.

Walaupun informasi ini hanya kutipan saja, tapi harapan kami ini akan menjadi referensi kita, dan menambah motifasi untuk mau turut serta membudidayakan tanaman Gaharu, untuk memnyelamatkan bumi dan mempersiapkan masa depan kita Amien...

sumber : Kompas.Com

Minggu, 17 Oktober 2010

Malaysia Ancaman Terbesar Gaharu, Beranikah Kita?



Masih ingat, kan? Hingar bingar genderang perang dan lengkingan terompet sangkakala ‘Ganyang Malaysia’? Perampok! Perampas!! Pencuri!! Saya sangat sepakat, dan pula ikut geram. Hufff, dasar Malingsia!!! Kasihan ya, kita!!
Masih ingat, kan? Hingar bingar genderang perang dan lengkingan terompet sangkakala ‘Ganyang Malaysia’? Perampok! Perampas!! Pencuri!! Saya sangat sepakat, dan pula ikut geram. Hufff, dasar Malingsia!!! Kasihan ya, kita!!
Masih ingat, kan? Hingar bingar genderang perang dan lengkingan terompet sangkakala ‘Ganyang Malaysia’? Perampok! Perampas!! Pencuri!! Saya sangat sepakat, dan pula ikut geram. Hufff, dasar Malingsia!!! Kasihan ya, kita!!

Kita sepatutnya mengakui bahwa Malaysia sangat (lebih) cerdas atau mungkin cerdik!!! Bukan hanya berhenti sebagai pedagang gelap, namun telah menempuh langkah-langkah nyata dan taktis yaitu mempersiapkan peningkatan sumberdaya (pengetahuan) untuk proses pengembangan budidaya gaharu. Sebut saja FRIM ( Forest Resaerch Institute Malaysia) bersedia nyantrik (berguru) di beberapa pusat pengembangan Gaharu yang ada di Indonesia, Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, Riau dan Bogor. Banyak pula ahli dan pakar gaharu dari negri kita diboyong ke Malaysia!! Seminar-seminar dan pameran pengembangan budidaya gaharu banyak digelar (dengan menghadirkan pembicara/nara sumber gaharu dari negeri kita).

seminar dan pameran pengembangan budidaya gaharu di Malaysia

Untuk selengkapnya silahkan mengunjungi :http://green.kompasiana.com/group/penghijauan/2010/09/28/malaysia-ancaman-terbesar-gaharu-beranikah-kita/
TheHack3r.com