Senin, 25 Oktober 2010

Mari Menyiapkan Masa Depan Dengan Menanam Gaharu

BARABAI, KOMPAS.com - Masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel, mulai melirik tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis) sebagai investasi. Selain untuk mata pencaharian, tanaman ini juga akan menjadi pendapatan masa depan mereka.

"Di HST hingga saat ini sudah tercatat 27 ribu pohon gaharu yang dibudidayakan masyarakat setempat," kata Kepala Bidang (Kabid) Kehutanan, Dinas Kehutanan Peternakan dan Perikanan (Hutnakan) kabupaten tersebut, M.Rusdianto, di Barabai, Jumat.

Ia menerangkan, usaha budi daya pohon gaharu di "Bumi MURAKARA" HST saat ini terdapat di empat desa. "Tanaman gaharu tersebut kini sudah dikembangkan masyarakat di Desa Mandastana Kecamatan Batu Benawa, Desa Haur Gading Kecamatan Batang Alai Utara dan Desa Kambat Kecamatan Pandawan," katanya.

Menurut dia, masyarakat HST cukup beralasan menanam pohon gaharu, karena komoditas ini memiliki nilai ekonomis tinggi serta dapat tumbuh di kawasan hutan tropis dan cocok dengan kondisi "Bumi MURAKATA". "Pengembangan pohon gaharu saat ini belum banyak dikenal. Padahal, keuntungan dari bisnis pohon gaharu sangat menguntungkan," katanya.

Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di pekarangan. Sehingga warga memiliki banyak kesempatan untuk menanam pohon yang menghasilkan getah wangi itu. Banyaknya getah yang dihasilkan pohon Gaharu tergantung dari masa tanam dan panen pohon tersebut.

Usia tanam selama enam sampai delapan tahun, setiap batang pohon gaharu mampu menghasilkan sekitar dua kilogram getahnya. Harga getah gaharu saat ini mencapai Rp 5 juta hingga Rp 20 juta per kilogram atau tergantung dari jenis dan kualitas getahnya yang dihasilkan.

Getah gaharu dengan kualitas rendah dan berwarna kuning, laku dijual sekitar Rp 5 juta per kilogram. Sedangkan getah kualitas baik dan berwarna hitam, di pasaran mencapai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per kilogram.

Menurut seorang petani gaharu, Ahmad Yani, ia sudah merasakan keuntungan dari menanam pohon yang dulunya merupakan hasil hutan ikutan itu. "Saya memulai budi daya gaharu sejak tahun 2001. Saat ini sudah ada beberapa pohon yang bisa dipanen," ujarnya.

Ia mengatakan, tanaman gaharu miliknya sekarang sudah 50 batang pohon yang berumur sekitar dua hingga empat tahun berhasil dijual. Kesemuanya, dia jual seharga Rp 20 juta. Untuk menjual getah gaharu tidak terlalu sulit, karena kini banyak pembeli yang datang mencari.

Para pembeli itu ada yang datang dari Jakarta hingga dari luar negeri seperti Timur Tengah. Bibit pohon gaharu cukup mudah dicari. Satu batang bibit gaharu berharga Rp 50 ribu.

Walaupun informasi ini hanya kutipan saja, tapi harapan kami ini akan menjadi referensi kita, dan menambah motifasi untuk mau turut serta membudidayakan tanaman Gaharu, untuk memnyelamatkan bumi dan mempersiapkan masa depan kita Amien...

sumber : Kompas.Com

Minggu, 17 Oktober 2010

Malaysia Ancaman Terbesar Gaharu, Beranikah Kita?



Masih ingat, kan? Hingar bingar genderang perang dan lengkingan terompet sangkakala ‘Ganyang Malaysia’? Perampok! Perampas!! Pencuri!! Saya sangat sepakat, dan pula ikut geram. Hufff, dasar Malingsia!!! Kasihan ya, kita!!
Masih ingat, kan? Hingar bingar genderang perang dan lengkingan terompet sangkakala ‘Ganyang Malaysia’? Perampok! Perampas!! Pencuri!! Saya sangat sepakat, dan pula ikut geram. Hufff, dasar Malingsia!!! Kasihan ya, kita!!
Masih ingat, kan? Hingar bingar genderang perang dan lengkingan terompet sangkakala ‘Ganyang Malaysia’? Perampok! Perampas!! Pencuri!! Saya sangat sepakat, dan pula ikut geram. Hufff, dasar Malingsia!!! Kasihan ya, kita!!

Kita sepatutnya mengakui bahwa Malaysia sangat (lebih) cerdas atau mungkin cerdik!!! Bukan hanya berhenti sebagai pedagang gelap, namun telah menempuh langkah-langkah nyata dan taktis yaitu mempersiapkan peningkatan sumberdaya (pengetahuan) untuk proses pengembangan budidaya gaharu. Sebut saja FRIM ( Forest Resaerch Institute Malaysia) bersedia nyantrik (berguru) di beberapa pusat pengembangan Gaharu yang ada di Indonesia, Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, Riau dan Bogor. Banyak pula ahli dan pakar gaharu dari negri kita diboyong ke Malaysia!! Seminar-seminar dan pameran pengembangan budidaya gaharu banyak digelar (dengan menghadirkan pembicara/nara sumber gaharu dari negeri kita).

seminar dan pameran pengembangan budidaya gaharu di Malaysia

Untuk selengkapnya silahkan mengunjungi :http://green.kompasiana.com/group/penghijauan/2010/09/28/malaysia-ancaman-terbesar-gaharu-beranikah-kita/
TheHack3r.com

Selasa, 12 Oktober 2010

Penanaman GAHARU di Mesjid "Menuju Kesejahteraan Umat"



Program yang disebut 'Masjid Gaharu' ini dicanangkan secara nasional oleh Menteri Kehutanan, Malam Sambat Kaban, di Masjid Al-Fauzien, Kota Depok, 14 September 2008. Pengembangan budidaya kayu gaharu di masjid-masjid tersebut diinisiasi oleh DMI Kota Depok dan Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT-FMIPA) Universitas Indonesia (UI).

Budidaya dimulai dari wilayah Depok dan akan dikembangkan di berbagai wilayah lainnya di Indonesia melalui Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Masjid Indonesia.

Budidaya kayu gaharu untuk mengantisipasi kepunahan kayu jenis ini di Indonesia. Kepunahan gaharu disebabkan terutama oleh dua hal.

Pertama, teknik penebangan kayu gaharu dan tidak ada kepastian ada atau tidaknya resin gaharu dalam kayu tersebut.

Kedua, karena permintaan kayu gaharu selalu tinggi mengakibatkan menurunnya supply alami. Gaharu umumnya terdapat di hutan-hutan di wilayah hutan Papua, Kalimantan, Halmahera, NTB, NTT, dan Sumate

Bernilai ekonomis

Kayu gaharu memiliki nilai ekonomi tinggi. Terdapat enam klasifikasi harga kayu gaharu - tergantung kualitas dan usia resin yang dihasilkan gaharu - mulai harga termurah Rp100.000 per kilogram hingga Rp30 juta per kilogram. Permintaan resin gaharu selalu meningkat setiap tahun. Negara-negara yang mengimpor banyak gaharu adalah India China, Jepang, Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Pusat Penelitian Geografi Terapan (PPGT) Universitas Indonesia mengembangkan teknologi pembibitan gaharu melalui teknologi kultur jaringan. Lembaga ini juga mengembangkan teknologi serum untuk disuntikkan kepada pohon gaharu tersebut.

Pola yang disebutnya sebagai rekayasa isokulasi jamur tersebut dilakukan setelah pohon gaharu berusia 5 tahun. Teknik penyuntikan jamur ke dalam kayu gaharu dimaksudkan agar pohon tersebut terinfeksi dan berpeluang menghasilkan resin setelah satu sampai tiga tahun kemudian.

Gaharu dapat dibudidayakan masyarakat di areal dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 750 meter dari permukaan laut tropis. Apabila di areal tersebut dapat tumbuh pohon berkayu keras seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan sejenisnya, maka kayu gaharu akan tumbuh dengan baik bila dikembangkan di lahan tersebut.

DMI Kota Depok akan bekerjasama dengan masjid-masjid lainnya di Indonesia untuk budidaya gaharu tersebut. Selain memiliki nilai ekonomi, program ini juga berkaitan dengan penghijauan lingkungan hidup dan meningkatkan resapan air untuk kehidupan masyarakat.

Budidaya gaharu merupakan bagian pemberdayakan ekonomi masjid dalam upaya memakmurkan masjid dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Bahkan, bila berkembangan dengan baik, budidaya Gaharu dapat menjadi unggulan agrobisnis Indonesia, selain karena pasarnya cukup besar, juga kayu Gaharu sudah masuk dalam kondisi hampir punah.

Kesejahteraan umat

"Masjid Gaharu" merupakan salah satu program DMI Kota Depok. Pengembangan ekonomi lainnya yang berbasis masjid, antara lain pembangunan jaringan minimarket, pendirian lembaga keuangan syariah (baitul maal wattamwil-BMT), dan kegiatan ekonomi lainnya.

Aktivitas ekonomi masjid ini akan diintegrasikan melalui sistem teknologi informasi yang berbasis internet, sehingga lembaga-lembaga ekonomi masjid dapat saling berkomunikasi, berinteraksi, dan bertransaksi. Konsep pengembangan jejaring ekonomi masjid bernama "Masjid Incorporated" ini dapat menjadi kekuatan ekonomi umat.

Dengan jejaring tersebut, produk usaha mikro dan kecil masyarakat dapat dipasarkan lebih luas, disamping itu jejaring ekonomi masjid akan memiliki posisi tawar dengan produsen besar sehingga dapat memperoleh produk dengan harga yang lebih murah.

Sementara untuk lembaga keuangan BMT, melalui jejaring antara lain dapat melakukan transkasi semacam "kliring" antar BMT. Lembaga keuangan mikro syariah yang terintegrasi ini dapat menjadi channeling agent perbankans yariah di Indonesia karena memiliki jangkauan luas.

Dengan pengembangan ekonomi masjid, selain dapat memakmurkan masjid, juga akan mampu menciptakan lapangan kerja, menumbuhkan wirausahawan-wirausahawan mandiri, dan meningkatkan pendapatan umat, yang berarti dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Jadi, mari kita memulai peningkatan kesejahteaan masyarakat melalui pendekatan ekonomi masjid. Mulailah dari apa yang bisa dilakukan dulu. Ini adalah solusi bagi permasalahan bangsa kita.

Sumber http://wahanagaharu.blogspot.com/search/label/Budidaya