Kamis, 03 Maret 2011


SEMINAR GAHARU

“TEKNOLOGI BIOINDUKSI GAHARU DALAM MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI DAN KELESTARIAN HASIL”


Pada hari Selasa tanggal 1 Maret 2011 telah dilaksanakan seminar Gaharu dengan tema “Teknologi Bioinduksi Gaharu Dalam Mendukung Upaya Konservasi Dan Kelestarian Hasil” yang dilaksanakan di Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi bekerjasama dengan ITTO PD 425/06 Rev.1(I) dengan narasumber para peneliti dan praktisi gaharu, diantaranya :

1. Sulistyo A. Siran ( ASGARIN)

2. Dr. Maman Turjaman (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

3. Totok Kartono Waluyo (Peneliti Puslitbang Keteknikan dan Pengolahan Hasil Hutan)

4. Erry Purnomo (Lambung Mangkurat University)

5. Sri Suharti (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

6. Atok Subiakto(Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

7. Erdy Santoso (Peneliti Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi)

Memperhatikan arahan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, paparan makalah dan hasil diskusi selama seminar diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlu dicari terobosan untuk alih teknolgi ke masyarakat agar hasil litbang, khususnya gaharu hasil litbang dengan kualitas yang baik dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah dan murah.

2. Forum Litbang, Diklat dan Penyuluhan merupakan kolaborasi antara peneliti, widyaiswara dan penyuluh merupakan forum yang efektif untuk transfer teknologi hasil litbang ke masyarakat.

3. Rencana Penyusunan Master Plan Gaharu yang melibatkan pihak terkait dan bertujuan untuk meningkatkan produksi gaharu serta menjamin kelestariannya sangat diperlukan dan perlu segera direalisasikan. Dalam penyusunannya hal yang harus diperhatikan adalah adanya keterpaduan antara perencana dengan eksekutor agar apa yang disusun dapat diimplementasikan di lapangan.

4. Sambil menunggu penyusunan Master Plan, Badan Litbang Kehutanan perlu merumuskan rekomendasi yang konkrit kepada pengambil kebijakan, sehingga pengembangan gaharu di lapangan tidak mengalami stagnasi

5. Badan Litbang Kehutanan sudah menemukan teknik pengendalian dan pencegahan hama gaharu secara biologis, namun hasilnya belum efektif, sehingga perlu kajian lebih lanjut. Penggunaan pestisida sangat dihindari, karena dapat mengakibatkan akumulasi racun pada daun yang potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku teh.

6. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mencari teknik produksi isolat yang cepat, murah dan efektif. Dinas Kehutanan Bangka Tengah sudah menginisiasi hal ini namun masih perlu dilakukan evaluasi keberhasilannya.

7. Pembuatan database potensi gaharu sangat diperlukan meskipun dalam pelaksanaannya sangat sulit, namun ke depan database ini sangat bermanfaat sebagi modeling peta pohon penghasil gaharu, sehingga dapat diprediksi kapan waktu penyuntikan, kapan waktu panen, dll.

8. Upaya pengembangan pohon penghasil gaharu serta rekayasa produksi melalui teknik inokulasi sifatnya padat modal, maka perlu dikembangkan melalui skema kemitraan.

9. Untuk meningkatkan animo masyarakat dalam pengembangan budidaya gaharu perlu dikaji kembali peraturan tentang ijin penanaman pohon gaharu.

10. Selain menggunakan biji dan stek pucuk, propagasi pohon gaharu dapat dilakukan melalui cangkok dan kultur jaringan. Dengan demikian, pengembangan tanaman gaharu akan lebih mudah dilakukan

11. Dari hasil analisis, kandungan kimia gaharu alam dan gaharu hasil inokulasi hampir sama, sehingga gaharu hasil inokulasi mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan

12. Kebun Bibit Rakyat (KBR) perlu diintegrasikan ke dalam upaya pengembangan gaharu, khususnya untuk menanggulangi kelangkaan bibit

Dengan terlaksananya seminar ini diharapkan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan budidaya tanaman penghasil gaharu Indonesia,demi tercapainya hutan yang lestari dan masyarakat sejahtera...Amien