Rabu, 16 Juni 2010


Gaharu Alam yang sudah diinokulasi,sudah menunjukan tanda2 reaksi dari proses inokulasi,batang tanaman kering dan mulai merontokan daunnya...
Kelas, harga dan pemasaran gaharu

Permintaan pasar terhadap gaharu terus meningkat. Selain kebutuhan peribadatan berberapa agama, gaharu juga digunakan oleh masyarakat Arab untuk sebagai siwak. Kondisi iklim yang panas dan kegemaran mengkonsumsi daging membuat tubuh mereka bau menyengat sehingga wangi gaharu digunakan sebagai pangharum.

Harga gaharu sendiri ditentukan berdasarkan kelas, adapun kelas-kelas dalam gaharu secara garis besar adalah:

1.Gubal

a.super: hitam merata, kandungan damar wangi tinggi, aroma kuat

b.super AB: hitam kecoklatan, kandungan damar wangi cukup, aroma kuat

c.sabah super: hitam kecoklatan, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

d.kelas C: hitam banyak garis putih, kepingan kayu tipis, rapuh



2.Kemedangan

a.tanggung A: coklat kehitaman, kandungan damar wangi tinggi, aroma agak kuat

b.sabah I: coklat bergaris putih tipis, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

c.tanggung AB: coklat bergaris putih tipis, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

d.tanggung C: kecoklatan bergaris putih tipis, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

e.kemedangan I: kecoklatan bergaris putih lebar, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

f.kemedangan II: putih keabu-abuan bergaris hitam tipis, kandungan damar wangi kurang, aroma kurang kuat

g.kemedangan III: putih keabu-abuan, kandungan damar wangi kurang,aroma kurang kuat



3.Abu/cincangan yang merupakan potongan kayu kecil hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu

(sumber: majalah Trubus)

Harga gaharu terus meningkat seiring dengan permintaan pasar, namun ketersediaan gaharu dari alam terus menurun, hal inilah yang mendasari budidaya gaharu. Harga gaharu super pada tahun 2001 4-5jt/kg, saat ini melambung menjadi 10-15jt/kg. Tapi sayang, peluang seperti ini Cuma diketahui oleh beberapa gelintir orang saja.

Adapun negara tujuan eksport gaharu diantaranya adalah Singapura, Timur Tengah, Taiwan, Jepang, Hongkong, Korea dan Malaysia. Adapun eksport terbanyak ke negara Singapura baru Timur Tengah di urutan ke-2.
JENIS GAHARU
Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan berwarna coklat muda sampai hitam yang terdapat diantara sel-sel kayu. Tanaman yang bisa menghasilkan gaharu biasa disebut Pohon Gaharu. Sebaran Pohon Gaharu di Asia diantaranya adalah di India, Laos, Burma, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia. Sedangkan di Indonesia sendiri Pohon Gaharu tersebar di Pulau Irian, Sumarta, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, maluku dan sedikit di Jawa bagian Barat.

Adapun jenis Pohon Gaharu dan penyebarannya di Indonesia adalah:

1. Aquilaria malaccensis (Sumatra dan Kalimantan)

2. Aquilaria beccariana (Sumatra dan Kalimantan)

3. Aquilaria microcarpa (Sumatra dan Kalimantan)

4. Aquilaria filaria (Irian dan Maluku)

5. Aquilaria cumingiana (Sulawesi)

6. Aquilaria tomntosa (Irian)

7. Grynops audate dan Grynops podocarpus (Irian)

8. Grynops versteegii (Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian)

9. Wikstoemia androsaemifolia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan

Sulawesi).



Dan masih banyak lagi beberapa spesies pohon penghasil Gaharu yang tersebar di kedalaman hutan di Indonesia.

Dari beberapa spesies pohon penghasil gaharu diatas, pohon dari marga Aquilaria memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan yang paling banyak diburu adalah Aquilaria malaccensis karena gaharu yang dihasilkan memiliki mutu yang sangat baik.
Berikut Artikel Majalah TRUBUS , majalah Agrobisnis no, 1 di Indonesia mengenai Gaharu :


Gubal terbentuk karena rangsangan dari mikroba yang masuk ke jaringan tanaman,' kata Dr Ir Mucharromah, MSc, peneliti gaharu dari Universitas Bengkulu. Mikroba-berupa cendawan atau bakteri-masuk melalui luka. Luka bisa disebabkan karena pengeboran, penggergajian, bahan cabang patah, atau kulit terkelupas.
Di Kelurahan Sidomulyo, Bengkulu, Jasmi Syafaruddin punya 5 pohon. Gara-gara Jasmi membakar sampah di dekat situ, kulit 2 tanaman terkelupas. Dalam posisi telanjang seperti itu diduga fusarium datang menyerang. Dua pohon berumur 5 tahun itu sekarang sudah bergubal. Abdulqodir Hadi Mustofa Habibullah di Jambi mencoba mengebor secara vertikal. Mata bor ¾ inci dibenamkan sedalam 1-3 m. Lalu minimal 10 botol inokulan fusarium bervolume 600 cc dikucurkan. Dari proses itu Habib mulai menuai gaharu.
Ketika mikroba masuk jaringan tanaman, ia dianggap sebagai benda asing. Makanya tanaman merespon dengan mengeluarkan penangkal. Tri Mulyaningsih, MSi, ahli gaharu dari Universitas Mataram menyebut zat imun itu fitoalexin. Bentuknya berupa resin beraroma yang diproduksi oleh alkaloid sel. Resin berwarna cokelat itu melindungi sel-sel tanaman dari serangan mikroba. 'Ia membentengi sel dari serangan mikroba,' kata Mucharromah. Resin melokalisir kerusakan akibat serangan mikroba supaya luka tidak meluas ke jaringan lain. Deposit resin-pada jaringan hidup-yang terus menumpuk berujung pada terbentuknya gaharu.
Salah satu ciri yang dapat dijadikan indikator tajuk tanaman menguning dan rontok, pada batang atau cabang terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan. Namun, ketika mikroba terlalu perkasa, gubal urung terbentuk. Tanaman bisa mati-minimal batang busuk-karena kalah kuat melawan keganasan si penyusup. Jika respon tanaman terlalu kuat, gubal yang sempat terbentuk akan menghilang.
Penyebab harum
Kejadian itu lantaran, 'Respon setiap jenis tanaman terhadap infeksi mikroba berbeda-beda,' lanjut Mucharromah. Oleh karena itu mesti ada 'kecocokan' antara jenis tanaman penghasil gaharu dengan mikroba inokulannya. Yang dipercaya sebagai inokulan utama di alam adalah Fusarium sp.
Penelitian doktor patologi tanaman dari Universitas Kentucky, Amerika Serikat, itu menunjukkan di Bengkulu F. cylindriscorpum dan F. oxysporum paling top 'mengundang' gubal pada A. malaccensis.
Pada proses inokulasi buatan, 'Sukses-tidaknya pembentukan gaharu bisa diketahui sejak hari ke-5 pascainokulasi,' kata Ir Hartal MP, juga peneliti gaharu dari Universitas Bengkulu. Pada bagian yang terbentuk gaharu terlihat kayu berubah warna menjadi kecokelatan. Perkara terbentuknya aroma harum gaharu, itu karena resin yang dihasilkan oleh alkaloid sel berupa oleoresin dengan kandungan fitokimia sesquiterpene.
Hitungan bisnis di bawah ini diambil dari blog www.kebun5m.blogspot.com

Alternatif lain untuk menghasilkan investasi yang paling menguntungkan adalah dengan menerapkan pola tumpangsari Sengon / Paulownia + Aren Unggul + Gaharu.
Aren & gaharu membutuhkan tanaman peneduh di awal pertumbuhan mereka. Oleh karena itu , sengon / paulownia ditanam sebagai peneduh. Hasil yang didapatkan dalam 10 tahun pertama :
Sengon 250 batang, tebang 1 kali @ Rp. 550.000= Rp.137.500.000
Aren Unggul var. dalam 250 batang
Gaharu 250 batang,tebang 1 kali tahun ke 8 @ Rp.5.000.000 = Rp. 1.250.000.000

Pada tahun ke-15 akumulasi penghasilan adalah :
Sengon-habis
Aren Unggul 250 batang prod. 50% @ 30 liter @ Rp.2.000/lt per hari = Rp.13.687.500.000
Gaharu tebang kedua 400 batang @ Rp. 5.000.000 = Rp.2.000.000.000
Ditambah hasil tahun ke-5 & 8 = Rp.1.387.500.000
Total tahun ke-15 Rp. 17.075.000.000

Selasa, 15 Juni 2010


BUDIDAYA GAHARU


Pengertian Gaharu
Gaharu merupakan substansi aromatik berupa gumpalan yang terdapat diantara sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian dari pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami maupun budidaya dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami maupun buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp.
Menurut SNI 01-5009.1-1999 gaharu didefinisikan sebagai sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna khusus, dengan memiliki damar wangi alami yang berasal dari pohon atau bagian dari pohon yang tumbuh secara alami dan mati sebagai akibat dari suatu proses infeksi yang baik melalui alam atau produk pada suatu birch, yang pada umumnya terjadi di Aquilaria sp. pohon ( nama daerah : Karas, Alim, Garu, Bokhor, Garu dan lain-lain).

Pohon Penghasil Gaharu
Pohon penghasil gaharu (Aquilaria sp) adalah spesies asli Indonesia, beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah : Aquilaria malaccensis, A.microcarpa, A.beccariana,A.hirata, A.Filaria, dan Grynops verteggi, serta A.cresna asal Kamboja.

Kegunaan Gaharu
Gaharu merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat dinegara-negara timur tengah yang digunakan sebagai dupa untuk ritual keagamaan. Gaharu juga merupakan bahan baku yang sangat mahal dan terkenal untuk industri kosmetik seperti parfum, sabun, lotions, pembersih muka, serta obat-obatan seperti obat hepatitis, liver, alergi, obat batuk, penenang sakit perut, rhematik, malaria, asma, TBC, kanker, tonikum, dan Aroma terapi.

Prospek bisnis gaharu
Dalam perdagangan,gaharu dikenal dengan agarwood/eaglewood. Rata-rata kuota yang dimiliki Indonesia sekitar 300 Ton/Tahun. Kuota ini diperoleh dari pembagian permintaan pasar oleh negara-negara produsen gaharu, tetapi pada saat ini produksi kayu gaharu Indonesia baru 10% terpenuhi atau sekitar 30 Ton/Tahun sehingga masih sangat jauh dari kuota ekspor. Kondisi ini sangat berdampak terhadap harga jual gaharu yang sanagat ini berkisar Rp.10.000,- sampai dengan 40 Juta/Kg tergantung kwalitasnya, bahkan diluar negeri bisa mencapai $10.000, harga disamping itu juga ditentukan oleh faktor manfaat gaharu yang sangat banyak.(Benny Satria,UNAND 2007).


Gaharu dipasaran di kelompokkan kedalam beberapa kelas :
-Gaharu DOUBLE SUPER 30 -40 Juta/Kg
-Gaharu SUPER TANGGUNG 15-30 Juta/Kg
-Gaharu AB 5 Juta-15jt/Kg
-Kemedangan 2-10 Juta/Kg
-Gaharu TERI 1-2 Juta/Kg
-Abu/Bubuk Gaharu Rp 20.000-40.000,-/Kg
Syarat tumbuh yang sangat mudah dan nilai ekonomis yang tinggi dari pohon gaharu memungkinkan pohon ini ditanam disela-sela pohon lainnya.

Persyaratan Tumbuh

Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu perlu ditanam pada kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan laut .
Jenis Aquilaria sp tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80%. Suhu udara antara 22-28 derajat celcius dengan curah hujan berkisar antara 2.000 s/d 4.000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah: (1) lahan yang tergenang secara permanent, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (yang mempunyai kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, (5) lahan yang mempunyai pH kurang dari 4,0.
Penanaman
Penanaman bibit penghasil gaharu dapat dilakukan secara agroforesty (tumpangsari) dengan tanaman jagung, singkong, pisang atau ditanam di sela-sela tanaman pokok yang telah tumbuh terlebih dahulu, seperti karet, akasia, sengon, kelapa sawit, dan lain-lain. Pada tahap awal pertumbuhan di lapangan bibit penghasil gaharu memerlukan naungan. Dengan mengatur jarak tanam yang tepat, maka tanaman penghasil gaharu tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
Apabila tanaman penghasil gaharu akan ditanam pada hamparan lahan yang luas dan masih kosong, maka jarak tanam dapat dibuat 3 m x 5 m, 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m. Waktu penanaman diusahakan pada musim hujan agar bibit mendapatkan air yang cukup pada awal pertumbuhannya. Media tanam dapat berupa tanah dan kompos. Pada setiap lubang tanam dianjurkan untuk diberikan pupuk kompos minimum 1 kg setiap lubang. Pada tahap ini perlu perhatian mengenai pencegahan gangguan hama dan penyakit terutama pada akar.

Pemeliharaan
Tanaman penghasil gaharu pada umur 1-3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma. Karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza, maka penggunaan pupuk kimia dapat diminimalisir. Setelah tanaman berumur 4-5 tahun, barulah tanaman penghasil gaharu siap untuk diinduksi secara buatan dengan menggunakan jamur pembentuk gaharu.

Inokulasi
Penyuntikan (Inokulasi) yang dimaksudkan disini adalah memasukan bibit gubal gaharu untuk memacu pembentukan gubal gaharu. Bibit gubal gaharu berupa jamur (Fusarium sp) yang ditumbuhkan pada medium khusus (Parman et al, 1996)

Teknik induksi jamur pembentuk gaharu dilakukan pada batang pohon penghasil gaharu. Reaksi pembentukan gaharu akan dipengaruhi oleh daya tahan inang terhadap induksi jamur dan kondisi lingkungan. Respon inang ditandai oleh perubahan warna coklat setelah beberapa bulan disuntik. Semakin banyak jumlah lubang dan inokulum dibuat maka semakin cepat pembentukan gaharu terjadi. Proses pembusukan batang oleh jamur lain dapat terjadi apabila teknik penyuntikan tidak dilakukan sesuai prosedur.

PEMANENAN
Ada 2 cara pemanenan :
1. Pemanenan Berkala
Pemanenan ini dilakukan dengan mengeruk, mengerok, mengupas bagian pohon yang telah terinfeksi dan menghasilkan damar wangi (gaharu) dan hasilnya biasanya berbentuk serpihan-serpihan kecil. Setelah dilakukan pemanenan maka dilakukan proses inokulasi lagi
2. Pemanenan Total
Pemanenan ini dilakukan dengan cara menebang habis tanaman penghasil gaharu yang sudah diinokulasi dan menunjukan tanda-tanda pohon tersebut sudah terbentuk gubal gaharu antara lain :
-Daun pada tajuk menguning, dan rontok
-Ranting-ranting mulai mengering
-Secara fisik pertumbuhan telah berhenti
-Kulit batang mulai mengering
-Kulit kupasan apabila dibakar akan berbau aroma harum khas.
Analisa Budidaya Gaharu
Analisa biaya dan keuntungan dari budidaya gaharu, pada luasan 2.000 m2 (140 Ubin), jangka waktu 10 tahun, dengan jarak tanam 3 x 4 luas tanah 2.000m² (Asumsi 50 m x 40 m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak 180 Batang Gaharu. Berikut ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budaidaya penghasil gaharu :
1.Biaya
Biaya sendiri dibedakan menjadi 3 tahap :
a.Biaya tahap 1 (pengadaan bibit, penanaman, dan perawatan ditahun pertama)
b.Biaya tahap 2 ( Perawatan tanaman pada tahaun ke 2 sampai tahun ke 7)
c.Biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-8 sampai tahun ke-10)
Biaya Tahap 1
-Pembelian bibit 180 batang @ Rp 25.000 = Rp. 4.500.000
-Pembelian Pupuk kandang 360 Kg @ Rp.500,- = Rp. 180.000
-Pestisida (furudan,stiko,dll) = Rp. 150.000
-Tenaga Penanaman 180 Bibit @1.000 = Rp. 180.000
-Tenaga Perawatan = Rp. 1.000.000
JUMLAH = Rp. 6.010.000
Biaya Tahap 2
-Pupuk Kandang 1080 Kg @ Rp.500,- = Rp. 540.000
-Pupuk pabrik = Rp. 1.000.000
-Pestisida = Rp. 1.000.000
-Tenaga Perawatan = Rp. 6.000.000
JUMLAH = Rp.8.540.000

Biaya Tahap 3
-Pembelian fusarium inokulasi = Rp. 24.300.000
-Tenaga Inokulasi = Rp. 36.000.000
-Biaya pemeliharaan 3 Tahun = Rp. 3.000.000
Tenaga Pemanenan = Rp. 9.000.000
JUMLAH = Rp.72.300.000
JUMLAH TOTAL Tahap 1+2+3 = Rp. 86.850.000

2.Penerimaan
Dengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 75% saja, dari 180 batang tanaman Cuma menghasilkan 135 batang saja yang bisa dipanen, satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 1 Kilogram gubal, 5 Kg Kemedangan, dan 20 Kg Abu Gaharu.
a.Gubal Gaharu 1 Kilogram @10.000.000 = 10.000.000
b.Kemedangan 5 Kilogram @5.000.000 = 25.000.000
c.Abu Gaharu 20 Kilogram @ 25.000 = 500.000
JUMLAH = 35.500.000
Jadi Penerimaan selurunya adalah 135 x 35.500.000 = Rp 4.792.500.000,-
3.Keuntungan
Keuntungan adalah Penerimaan - Biaya
Rp 4.792.500.000 - Rp. 86.850.000 = Rp 4.705.650.000,-
Jadi dari investasi sebanyak Rp. 86.850.000, berpotensi menghasilkan Rp4.705.650.000,- dalam kurun waktu 10Tahun. Seiring waktu harga jual tanah juga meningkat, Tidak ada ruginya bahkan sangat menguntungkan sekali investasi dikebun dengan gaharu ini bukan?